Keuntungan rokok bagi negara
Pendapatan Dari Rokok Bisa Tutup Utang Negara Kepentingan kesehatan atau kepentingan rokok putih
Lepas dari pro dan kontra, kontribusi industri rokok terhadap pendapatan negara terbilang besar. Saking besarnya, jika jumlahkan uang itu bisa untuk menutup utang negara.
Tentu saja itu logika itu tidak salah, setidaknya karena dikatakan oleh Ketua Umum Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia, Ismanu Soemiran. Pernyataan itu diungkap Soemiran dalam diskusi Masyarakat Bangga Produk Indonesia Kamis (16/12) di Jakarta.
“Bila 10 tahun hasil pendapatan dari industri rokok kretek ditabung, industri kretek bisa membayar utang negara,” kata Ismanu.
Walau begitu, Ismanu juga menyebut industri rokok khususnya industri kretek sedang menghadapi banyak tantangan dari dalam dan luar negeri. Seperti diskriminasi perdagangan oleh AS.
Dalam diskusi yang juga dihadiri Ketua Komisi VI DPR-RI Airlangga Hartarto, senada dengan Ismanu, Hartanto menyebut industri rokok kretek harus dihargai sebagai warisan budaya. Ujung-ujungnya penyikapan bijak terhadap industri ini.
Hartanto mensinyalir banyak aliran dana asing masuk ke dalam negeri dalam rangka memerangi industri yang dihasilkan oleh tembakau itu. Dia mencontohkan kampanye anti tembakau yang gencar dilakukan di dalam negeri.
Hartanto mengingatkan kampanye itu harus dilihat apa tujuannya. “Murni demi kepentingan kesehatan atau terselip kepentingan industri rokok putih,” katanya.
Sementara menurut Sekjen Kementerian Perdagangan Ardiansyah Parman kontribusi industri rokok jangan hanya dilihat dari aspek penerimaan negara saja, namun juga harus dilihat kontribusinya pada penyerapan tenaga yang mencapai jutaan orang. “Industri ini melibatkan 2 juta petani tembakau, dan ratusan ribu pekerja pada pabrik rokok" katanya.
Sampai tahun 2007, dari data Kementerian Perindustrian industri rokok mencapai jumlah 4.793 perusahaan, yang terus mengalami penurunan pada tahun 2010 hingga menjadi 2600 perusahaan.
Tahun 2007 produksi rokok nasional mencapai 231 miliar batang yang pada tahun ini diperkirakan mencapai 248 miliar batang. Pendapatan cukai tahun 2007 mencapai Rp 43,54 triliun sementara pada tahun 2010 diprediksi mencapai Rp 59 triliun dan meningkat di tahun 2011 menjadi Rp 60 triliun.
Sementara nilai ekspor rokok Indonesia pada tahun 2011 diprediksi akan mencapai US$ 400 juta atau sekitar Rp 3,6 triliun. Kamboja merupakan pasar ekspor terbesar dengan nilai mencapai US$ 150 juta.